Jumat, 25 April 2008

Telapak Kaki


Tak ada yang bisa kita punya,
yang kita bisa hanya
membekaskan telapak kaki
dalam, sangat dalam
ke pasir.
lalu cepat berlari sebelum
semuanya berakhir ..

Senin, 21 April 2008

With All


Into your hand, I commit again
with all I am, for You Lord
You hold my world in the palm of your hand
and I'm yours forever, Jesus I believe in you Jesus, I belong to you
You're the reason that I live the reason that
I sing with all I am. I'll walk with You wherever you go
through tears and joy I'll trust in you
and I will live in all of your ways and your promises
forever I will worship I will worship You forever

Senin, 14 April 2008

Abadi; yang Kan Mati


“Yang terbaik dari semua dunia yang mungkin bukanlah dunia yang mereproduksi yang abadi, melainkan yang jadi tempat di mana ciptaan baru diproduksi”. Kutipan yang pernah ditulis Deleuze tiba menghantam.

Hidup adalah sebuah polifoni, bergerak, memencar, multi-lipatan yang tak henti-henti. Kematian hanyalah salah satu momen di dalamnya. Haruskah disesali, jika itu terjadi?

Yang abadi tak akan di sini. Di depan cermin tetap akan tampak rambut rontok dan kulit mengeriput. Juga napas kian lemah. Tapi entah di mana dalam evolusi hidup, ada “topan ajaib” yang seakan-akan menggerakkan bahkan mainan yang mati: “memutarkan gasing, memacu kuda-kudaan, menghembus kapal-kapalan.”

Chairil Anwar menulis:
Kalau datang nanti topan ajaib
menggulingkan gundu, memutarkan gasing
memacu kuda-kudaan, menghembus kapal-kapalan
aku sudah lebih dulu kaku

Kartini


Dalam lagu karya W.R. Supratman itu ia disebut "pendekar bangsa, pendekar kaumnya",

tapi yang lebih menyentuh dalam sosok Kartini justru dirinya yang terbelah: ia menjerit dan sebab itu didengar, ia menjadi korban dan sebab itu lantas menjadi lambang.

Kita tahu akhirnya ia gagal: seorang penentang poligami yang mati muda sebagai seorang madu. Tapi kegagalan itulah yang menunjukkan betapa tak adilnya sistem tempat ia hidup—dan sesayup Indonesia pun berteriak, ”Jangan, jangan lagi!”

Gautama


Dawai yang terentang terlampau tegang akan putus, dan musik akan mati
Dawai yang terentang kendur akan hilang bunyi, dan musik akan mati..

Denting dawai kehidupan melengking bening dalam nurani Gautama. setidaknya kebijaksanaan itulah yang menjadi aurora batinnya.

Pangeran yang lembut hati itu—meskipun dicoba dijauhkan dari dunia di luar istana yang terlindung—telah melihat seorang yang sakit, menyaksikan orang jadi tua renta, dan bersua dengan jenazah yang diusung.

Masa lalunya, yang ditopang takhta dan kekuasaan, dijalin lezatnya hidup di puri dan bahagianya hidup berumah tangga, jadi masa yang terasa sebagai ilusi.
Agaknya kefanaan yang disaksikannya itu mengguncang hatinya benar. Ia akhirnya menyadari bahwa semua itu bagian dari hidup—yakni sebuah jurang yang dalam, di mana kematian dan ketiadaan melekat erat dengan dan dalam diri

Demokrasi

… di Italia, seorang ahli ilmu sosial, Maria Palmieri, menulis dengan keras : demokrasi adalah sebuah bentuk organisasi sosial dan politik yang haram jadah. Orang banyak diciptakan untuk dipimpin, dan bukan untuk memimpin, dan akhirnya diciptakan untuk jadi budak, dan bukan jadi tuan …

…. di Indonesia, seorang biasa, Bernard, menulis dengan santai .. Manusia terjebak pada pertanyaan: apakah pemimpin dilahirkan dengan bakat bawaan atau pemimpin bisa dibentuk dan diciptakan? Sederhana saja, kepemimpinan pertama adalah memimpin diri sendiri. Dan manusia bisa belajar tentang banyak hal.

Brother Sun, Sister Moon


Brother sun and sister moon,
I seldom see you, i can't hear your tune;
Preoccupied with selfish misery.


Brother wind and sister air,
Open my eyes to visions pure and fair,
That i might see the glories around me.


I am God's creature, of Him i am part,
I feel his love awakening my heart.


Brother sun and sister moon,
Often i see you, i can hear your tune;
So much in love with all that i survey.
I am God's creature, of Him i am part,
I feel his love awakening my heart.