Selasa, 29 Juli 2008

Bebas!

Manusia tidak terkurung dalam tubuh, ataupun dibatasi oleh gubuk. Karena ia tinggal diatas gunung, dan mengembara bersama angin. Manusia tidak merangkak ke bawah sinar matahari untuk mencari kehangatan. Ataupun menggali lubang untuk masuk ke dalam kegelapan untuk mencari keselamatan. Manusia adalah makhluk yang bebas, sebuah jiwa yang menyelimuti Bumi dan menggembara bersama hembusan bayu di angkasa.

Alasan

Antara alasan dan tidak hanya sebatas sebuah garis yang membentang dalam-dalam dan kita selalu berada diantara garis itu sekalipun tak selamanya bersinggungan dengan garis horison itu. Bunga mekar karena ingin mekar. Tak ada alasan.

Lalu, apakah ada alasan tentang keberadaan Tuhan? Para mistikus menjawabnya “tidak”. Sebab Tuhan yang hanya terkukung dalam alasan adalah Tuhan yang hidup dalam paradigma, Tuhan yang tertangkap dalam angan dan imajinasi manusia – gambaranNya.

Mungkin itulah sebabnya, Nietzsche hanya percaya kepada Tuhan yang menari.

Senin, 28 Juli 2008

Waktu: Cermin yang Menggelembung


Waktu adalah cermin. Di dalamnya, setiap masa yang berlalu, akan saya lihat: guratan umur yang semakin nyata. keriput yang semakin banyak. pori-pori kulit membesar. rambut memutih dan rontok.
Dan ketika waktu dibaca sebagai angka: dalam setiap masa yang berlalu kita tahu jangka waktu hidup yang sama tak akan tercapai lagi. ujung jalan sudah tampak. dalam masa itulah masa depan jadi lebih tentu: hidup akan berakhir. Saya tidak akan menyaksikan batang muda yang ditanam tumbuh menjadi pohon-pohon tinggi dan rimbun, seperti deretan pokok asam dan mahoni di tepi jalan raya di masa kecil saya. saya tidak akan merasakan jalan0jalan tidak macet, polusi udara kurang karena bensin tak lagi dipakai, bulan tak lagi kusam ketika malam purnama, dan mneyaksikan yang lebih manusiawi di rumah sakit umum, di penjara, di kakilima, di museum dan teater yang dikunjungi. Ya, akan banyak hal yang takan pernah ku alami kembali.
Waktu yang "copot dari sendirinya" memang terasa mencemaskan. tapi rasa cemas itu tak melumpuhkan manusia. Dalam waktu, manusia seakan-akan terlontar. Ia mengalami kebebasan dari hukum sebab akibat, tetapi dengan itu ia masuk dalam momen "kejadian". seperti nada dalam harmoni, "kejadian" tak berlangsung dalam waktu yang sudah disusun; ia justru membuka waktunya sendiri. Bahkan pada akhirnya, "kejadian" atau "penciptaan" tak bisa selamanya berada dalam harmoni. Hidup adalah cakupan harmonis ke dalam sebuah susuanan yang macam-macam nada, termasuk yang sumbang atau, "sebuah polifoni yang terserak".

Dream of Peace!


Tuhan dan pembuhan: Mengapa itu semua terjadi, tak hanya dikalangan Kristen dan Islam, tetapi juga di kalangan Yahudi, Hindu, Sikh, dan Buddha? Penulis Terror in the Mind of God juga menyimpulkan bahwa agama memang selalu mengandung imajinasi yang membuat pelbagai nilai jadi mutlak; agama dengan itu juga memproyeksikan "perang kosmis". Sementara itu, agama sering membenarkan kekerasan, dan kekerasan memperkukuhkan agama, yang dalam kehidupan berpolitik, memberikan mercusuar ke arah tatanan moral.
Di sebuah gambar kuno lain saya lihat deretan tubuh orang Protestan yang dibakar sampai mati oleh Ratu Mary yang Katolik di Inggris pada pertengahan abad ke-16. Sejarah memang mencatat, ratusan termasuk Uskup Agung Canterbury, dipanggang hidup-hidup. Orang Katolik punya catatan lain: di sebuah terbitan Belgia tahun 1587 tampak orang Protestan memancung bayi-bayi, merobek perut dan menarik usus para korban. Juga Amangkurat I di Mataram abad ke-17 yang membabat ribuan ulama hanay dalam 30 menit.
mungkin karena manusia akhirnya sadar dan ngeri, bahwa aniaya itu akan mengenai siapa saja, selama Yang Mahasempurna sipakai untuk mnegukur hidup yang ada dalam badan yang tidak sempurna. Maka berangsur-angsur Tuhan yang menakutkan ditinggalkan, dan manusia berpihak kepada sosok yang terpentang di tiang siksa.
dan kita pun memulai perlawanan, dengan memekik atau diam. kita kembalikan kekuasaan atas tubuh sebagai pertempuran yang terus menerus dan yang menang, juga atas nama Tuhan, tak sepenuhnya menang.
Manusia hakekatnya adalah manusia, bukan babi panggang!

Where are You?

God where are you?
When I call on Your name
When the anxiety fills my heart
So many thing to blame
The road rough and hard


God where are you?
When things going unpleasant
When hope disappear
Still I am Your servant
Your answer I need to hear


God where are you?
When tears falling on my face
When chill and trembling I feel
Tomorrow will I receive another Grace
All the best finally fulfilled


God where are you?
When desperately I need you
When I lost and go astray
Looking for something I don’t even know
Recall the love I’ve betrayed


God where are you?
When I miss the way we had before
When love and peace come everyday
All these things I am asking for
Hold me until your very day

Minggu, 06 Juli 2008

Kata yang Melompat

Ada kata berlompatan di gelas capuccino
yang menghangat dari tatapan saat lelah menyengat
perlahan kata-kata kupungut
dengan kelu yang enggan berlalu nanti saat malam menyapa
bersama cakrawala yang jingga biar semua kutata lagi
kata-kata menjadi puisi

Embun untuk Sahabat

Sisa embun masih ada
menjadi titik koma pada kata di baris
yang baru kuselesaikan.
Tatapan dari bening kaca jendela
mewarnai seseorang yang menggurat rindu
dengan hentakan keyboard di sajaknya
akan dititipkannya pada pagi
sajak buat sahabat yang memberi embun
pada degup hari-harinya.

Ibu


Ibu
Beri aku sajakmu
Matahari yang belum pernah terbit di langit lain,
Kicau yang belum pernah berdesau di pohon lain,
Sukma yang belum pernah merekah jiwa lain,
Api yang belum pernah melelehkan lilin lain,
Wahyu yang belum pernah sampai ke nabi lain,
Keheningan yang tak pernah menyimpan kenangan lain,
Harapan yang tak pernah mengarah ke tujuan lain,
Amarah yang tak pernah pecah oleh sebab lain,
Tawa yang tak pernah menggema karena alasan lain
Selain aku!

Mudah-mudahan engkau yang bersahaja
yang menyala redupdi bukit, langit, dan lautan,
reda gerimis di dalam selokan,
timbul tenggelam di balik awan,
hilang tampakdi sekeliling bulan,
bangkit jatuh di ujung jalan

Berkenan menggoreskannya dalam-dalam!