Dalam lagu karya W.R. Supratman itu ia disebut "pendekar bangsa, pendekar kaumnya",
tapi yang lebih menyentuh dalam sosok Kartini justru dirinya yang terbelah: ia menjerit dan sebab itu didengar, ia menjadi korban dan sebab itu lantas menjadi lambang.
Kita tahu akhirnya ia gagal: seorang penentang poligami yang mati muda sebagai seorang madu. Tapi kegagalan itulah yang menunjukkan betapa tak adilnya sistem tempat ia hidup—dan sesayup Indonesia pun berteriak, ”Jangan, jangan lagi!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar