Iman selamanya akan ditorehkan sebagai jejak-jejak ketabahan. Tapi iman juga dibaca sebagai antagonisme. Kita bahkan bisa menampik bahwa bagi sebagian orang, imannya kepada Sang Maha Agung itu memberikan dirinya daya yang luar biasa dan sulur inspirasi yang tak pernah terhenti. Tapi, kita juga tak mampu menyanggah bahwa keyakinan abstrak itu juga membuat sebagian menghalalkan penindasan, membangkitkan kekerasan, dan menumpahkan darah.
Iman tak ubahnya perisai. Ia menjadi pelindung seseorang dari kerasnya sekitar, tapi juga sebagai perisai membela diri untuk menyerang yang lain.
Lalu kenapa iman mesti sebagai perisai?Aku termenung. Sekali lagi aku dengar suara jengkrik, serangga yang mudah terinjak itu. Aku ingat semut yang mudah diusir, nyamuk yang dengan mudah dimusnahkan, laba-laba yang mudah diterjang, burung-burung yang mudah dihalau. Tapi mereka memiliki ruang yang privat. Entah liang, entah gua, entah sarang, yang selalu mengandung rahasia terdalam. Bagian dari desain Tuhan yang menakjubkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar