Pada senja yang rapuh. lirih Kau bersuara:
Selamat datang senjaKu..
Aku terisak, sedikit dalam dan berkata:
padahal Kau bilang cita tak seperti senja, selalu redup dan temaram:
lalu, kenapa Kau menuju lingkar mentari merepih diri?
Pada bangku itu, aku teringat
Berdua merantai rembulan agar tak beringsut menjadi pagi
merajutnya menjadi mimpi dengan asa yang koyak
Pada coklat warna yang sama pula, aku terkenang
Sedikit masa yang kita punyai; luruhkan harap yang tergenang
Dan, aku di sini sekarang pada deret bangku yang sama
dalam katedral semestaMu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar