Hidup adalah rangkaian masalah yang mesti diselesaikan, sebuah benang kusut yang mesti diuraikan. Setiap pribadi memiliki masalahnya sensiri, bahkan dunia kita yang tua ini juga menyimpan sekelumit masalah yang senantiasa membisikan kepiluan mendalam. Kita dapat membedakan dewasa ini terdapat 1,3 milyar orang hidup di bawah ambang batas kemiskinan absolut, 840 juta orang menderita kelaparan yang 200 juta diantaranya adalah anak-anak. 13 juta orang dihukum mati setiap tahunnya, yang juga berarti bahwa hampir 36.000 orang setiap hari – atau 1.500 tiap jam – 25 orang tiap menit atau kira-kira 1 orang dihukum mati dalam setiap 3 detik. Di luar sana, juga terdapat kira-kira 1,5 milyar penduduk dunia yang memiliki harapan hidup kurang lebih dari 60 tahun, lebih dari 880 juta orang tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan, dan 2,6 milyar orang tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan yang hakiki. Antara tahun 1990 dan 1997, jumlah orang yang terserang virus AIDS meningkat dari 15 juta menjadi 33 juta orang. Tahun 2007, tak urag dari 40 juta orang sudah terjangkit epidemi yang belum ditemukan obatnya.
Kemiskinan menimbulkan banyak persoalan sosial lain, pelacuran, peredaran obat bius diantara anak-anak, tindakan kekerasan dan kejahatan yang mewabah. Kekurangan dari lapangan kerja dan harga bahan pokok yang membumbung tinggi adalah sebab utama dari banyaknya jumlah korban yang putus asa. Kegelisahan budaya adalah wajah tersendiri dari kemiskinan. Terdapat 8,5 juta orang dewasa yang buta huruf dan lebih dari 260 juta anak-anak terdepak dari pendidikan sekolah dasar dan menengah. 88% pengguna internet hidup di negara-negara industri, semantara 2 milyar orang belum mempunyai penerangan listrik. Dan bahwa 20% dari penduduk dunia yang makmur mengkonsumsi 86% dari seluruh kekayaan dunia. Dunia yang dramatis, ironis dan tragis!
Kita tidak bisa menutup mata terhadap masalah global yang dihadapi, sekalipun kita mampu berkata, “bodo amat! Masalah gue aja gak ada yang peduliin”. Kita memang tidak bisa membuat sesuatu yang dasyat dan luar biasa, yang bisa menyulap angka-angka statistik diatas dengan cepat dan mudah. Kita juga tak akan bisa menyelesaikan semua masalah itu dengan cara mengeliminasi semua masalah pribadi kita.
Namun, selalu ada jalan kecil yang selalu dimulai dalam diri kita sendiri, dari hal yang paling dekat dengan diri kita. Mungkin tak perlu bagi yang kaya secara radikal menjual semua benda dan mengambil rupa miskin, setidaknya ia masih mampu untuk menyisihkan sesuatu bagi yang butuh. Mungkin tak perlu bagi pejabat untuk mengundurkan diri, setidaknya tidak dengan korup dan mulai memikirkan rakyat di republik ini sudah cukup. Mungkin tak butuh membentuk komisi, setidaknya dengan kehadiran kita sudah memberi angin baru, kelegaan sesama kita.Datanglah kepadaKu kamu yag letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu .. masihkah kita ingat ayat ini? Masihkah mampu menyebut diri Kristen sedang kita bahkan tak lagi kuat dan berani untuk berkata demikian bagi sesama yang berbeban berat? Atau jangankan kelegaan yang dapat kita bagi – yang ada malah cuma bikin bete, wahahualam ketenangan, yang ada cuma bikin keki .. nah loo!
Kemiskinan menimbulkan banyak persoalan sosial lain, pelacuran, peredaran obat bius diantara anak-anak, tindakan kekerasan dan kejahatan yang mewabah. Kekurangan dari lapangan kerja dan harga bahan pokok yang membumbung tinggi adalah sebab utama dari banyaknya jumlah korban yang putus asa. Kegelisahan budaya adalah wajah tersendiri dari kemiskinan. Terdapat 8,5 juta orang dewasa yang buta huruf dan lebih dari 260 juta anak-anak terdepak dari pendidikan sekolah dasar dan menengah. 88% pengguna internet hidup di negara-negara industri, semantara 2 milyar orang belum mempunyai penerangan listrik. Dan bahwa 20% dari penduduk dunia yang makmur mengkonsumsi 86% dari seluruh kekayaan dunia. Dunia yang dramatis, ironis dan tragis!
Kita tidak bisa menutup mata terhadap masalah global yang dihadapi, sekalipun kita mampu berkata, “bodo amat! Masalah gue aja gak ada yang peduliin”. Kita memang tidak bisa membuat sesuatu yang dasyat dan luar biasa, yang bisa menyulap angka-angka statistik diatas dengan cepat dan mudah. Kita juga tak akan bisa menyelesaikan semua masalah itu dengan cara mengeliminasi semua masalah pribadi kita.
Namun, selalu ada jalan kecil yang selalu dimulai dalam diri kita sendiri, dari hal yang paling dekat dengan diri kita. Mungkin tak perlu bagi yang kaya secara radikal menjual semua benda dan mengambil rupa miskin, setidaknya ia masih mampu untuk menyisihkan sesuatu bagi yang butuh. Mungkin tak perlu bagi pejabat untuk mengundurkan diri, setidaknya tidak dengan korup dan mulai memikirkan rakyat di republik ini sudah cukup. Mungkin tak butuh membentuk komisi, setidaknya dengan kehadiran kita sudah memberi angin baru, kelegaan sesama kita.Datanglah kepadaKu kamu yag letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu .. masihkah kita ingat ayat ini? Masihkah mampu menyebut diri Kristen sedang kita bahkan tak lagi kuat dan berani untuk berkata demikian bagi sesama yang berbeban berat? Atau jangankan kelegaan yang dapat kita bagi – yang ada malah cuma bikin bete, wahahualam ketenangan, yang ada cuma bikin keki .. nah loo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar