Konon, Santo Fransiskus Asisi belajar kebijaksanaan dari Tuhan sendiri. Tuhan mengajarkan jejak-jejak semesta dan segala kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya kepada Fransiskus seperti seorang guru kepada muridnya. Sebegitu intim dan akrab, hingga jika seluruh Kitab Suci dimusnahkan, Fransiskus masih mampu menangkap segala denyut keillahian dalam jagat yang maha raya.
Sayangnya, aku tidaklah seberuntung Fransiskus Asisi. banyak orang disekelilingku yang berupaya mendidikku, berupaya menanamkan konsep keillahian itu padaku. mereka berkata: aku mengatakan ini kepadamu dari Allah. Barangsiapa mendengar aku juga mendengar Tuhan sendiri. mereka berkata-kata, bermain dengan aksara, memaparkan ideologi tentunya menempelkan namaMu disana. Mereka berupaya menyesakkanku dengan dogma, ajaran, peraturan, hingga tak aku tak punya ruang lagi untuk mendengar suaraMu sendiri.
Tapi, aku tak bisa menyalahkan mereka. Aku harusnya yang di persalahkan. aku tidak cukup kuat untuk membungkam mereka, tak cukup kuat menghalau kebisingan suara itu, tak cukup kuat untuk bertahan, hingga aku mampu mendengarkanMu yang melengkung dalam hening dan bening.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar