Diguncang keluar dari alur persepsi, diperlihatkan sebuah adegan yang mengatasi interval dimensi waktu dan tempat, diluar nalar bagi yang cukup waras, dan merembes dalam keringkihan pengetahuan. Kejadian itu perlahan merambat dalam celah kecil kepercayaan, dan di gelanggang iman tersebut, keteguhan merambat mengganti keraguan.
Kubur kosong menjadi awal tanda Kristus bangkit, yang berlanjut dengan penampakannya beberapa kali kepada para pengikutNya. Kali ini, ia menampakan diri, hadir ditengah para pengikutNya sekalipun pintu dan jendela terkunci rapat, serapat ketakutan mereka terhadap bangsa Yahudi. Ia hadir untuk memberikan harapan baru, memberikan kekuatan baru, ketika harapan dan kekuatan iman yang dimiliki pengikutNya tinggal selembar membran tipis dalam pelupuk iman.
Ia menghembusi mereka, menyalaminya berkali-kali dengan ucapan ‘damai sejahtera’. Sepenggal sapaan yang cukup hangat untuk menghilangkan dahaga kecemasan dan kegalauan. Sepenggal kata sederhana yang cukup merajut kebingungan dan ketidakpastian menjadi pengharapan baru.
Ia membuka lenganNya, membiarkan Thomas mencucukan jarinya dalam lukaNya. Ini memang benar Tubuh yang tertembus paku, dan Tubuh yang hancur. Satu Tubuh yang jasmani yang lapuk didera dan ditikam, beralih mejadi tubuh yang mulia yang mengatasi hukum kimia dan fisika.
Ia masih berada di situ. Berdiri dengan tangan terentang.
Kita bebas memandang TubuhNya yang luka. Jika itu memampukan kita untuk melihat segala sesuatu dibalik peristiwa itu. Kehidupan yang baru dibalik kematian, kemuliaan dibalik kehinaan, kehangatan dibalik keringkihan, kekuatan dibalik ketakutan dan kegalauan.
Kita masih diijinkan untuk menyentuh lukaNya jika itu memampukan kita melihat lebih dalam bahwa ada selalu ada keajaiban ketika melihat dunia semesta ini dengan iman dan harapan yang baru. Kita masih boleh mencucukan jari kita dalam lambungNya jika itu memampukan kita masih meragukan eksitensi diriNya yang tak berawal dan tak berakhir serta segala keajaibanNya disekeliling kita.
Banyak orang beranggapan bahwa berjalan di atas air atau di udara adalah sebuah keajaiban. Tetapi bukankah keajaiban sesungguhnya bukan berjalan di atas air atau di atas udara, keajaiban yang yang sejati adalah berjalan di atas permukaan bumi ini. Setiap hari kita terlibat dalam keajaiban yang bahkan tidak kita sadari lagi; langit biru, awan putih, daun hijau, bola mata hitam yan selalu penuh dengan rasa ingin tahu milik seorang anak kecil. Semua adalah keajaiban, ketika Tuhan mencelikan mata kita.Yakinlah. Tidak ada hal riil yang bisa diancam. Tidak ada hal tidak riil yang eksis. Dan didalamnya Tuhan mendapatkan tempatnya.
Kubur kosong menjadi awal tanda Kristus bangkit, yang berlanjut dengan penampakannya beberapa kali kepada para pengikutNya. Kali ini, ia menampakan diri, hadir ditengah para pengikutNya sekalipun pintu dan jendela terkunci rapat, serapat ketakutan mereka terhadap bangsa Yahudi. Ia hadir untuk memberikan harapan baru, memberikan kekuatan baru, ketika harapan dan kekuatan iman yang dimiliki pengikutNya tinggal selembar membran tipis dalam pelupuk iman.
Ia menghembusi mereka, menyalaminya berkali-kali dengan ucapan ‘damai sejahtera’. Sepenggal sapaan yang cukup hangat untuk menghilangkan dahaga kecemasan dan kegalauan. Sepenggal kata sederhana yang cukup merajut kebingungan dan ketidakpastian menjadi pengharapan baru.
Ia membuka lenganNya, membiarkan Thomas mencucukan jarinya dalam lukaNya. Ini memang benar Tubuh yang tertembus paku, dan Tubuh yang hancur. Satu Tubuh yang jasmani yang lapuk didera dan ditikam, beralih mejadi tubuh yang mulia yang mengatasi hukum kimia dan fisika.
Ia masih berada di situ. Berdiri dengan tangan terentang.
Kita bebas memandang TubuhNya yang luka. Jika itu memampukan kita untuk melihat segala sesuatu dibalik peristiwa itu. Kehidupan yang baru dibalik kematian, kemuliaan dibalik kehinaan, kehangatan dibalik keringkihan, kekuatan dibalik ketakutan dan kegalauan.
Kita masih diijinkan untuk menyentuh lukaNya jika itu memampukan kita melihat lebih dalam bahwa ada selalu ada keajaiban ketika melihat dunia semesta ini dengan iman dan harapan yang baru. Kita masih boleh mencucukan jari kita dalam lambungNya jika itu memampukan kita masih meragukan eksitensi diriNya yang tak berawal dan tak berakhir serta segala keajaibanNya disekeliling kita.
Banyak orang beranggapan bahwa berjalan di atas air atau di udara adalah sebuah keajaiban. Tetapi bukankah keajaiban sesungguhnya bukan berjalan di atas air atau di atas udara, keajaiban yang yang sejati adalah berjalan di atas permukaan bumi ini. Setiap hari kita terlibat dalam keajaiban yang bahkan tidak kita sadari lagi; langit biru, awan putih, daun hijau, bola mata hitam yan selalu penuh dengan rasa ingin tahu milik seorang anak kecil. Semua adalah keajaiban, ketika Tuhan mencelikan mata kita.Yakinlah. Tidak ada hal riil yang bisa diancam. Tidak ada hal tidak riil yang eksis. Dan didalamnya Tuhan mendapatkan tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar