Senin, 14 April 2008

Abadi; yang Kan Mati


“Yang terbaik dari semua dunia yang mungkin bukanlah dunia yang mereproduksi yang abadi, melainkan yang jadi tempat di mana ciptaan baru diproduksi”. Kutipan yang pernah ditulis Deleuze tiba menghantam.

Hidup adalah sebuah polifoni, bergerak, memencar, multi-lipatan yang tak henti-henti. Kematian hanyalah salah satu momen di dalamnya. Haruskah disesali, jika itu terjadi?

Yang abadi tak akan di sini. Di depan cermin tetap akan tampak rambut rontok dan kulit mengeriput. Juga napas kian lemah. Tapi entah di mana dalam evolusi hidup, ada “topan ajaib” yang seakan-akan menggerakkan bahkan mainan yang mati: “memutarkan gasing, memacu kuda-kudaan, menghembus kapal-kapalan.”

Chairil Anwar menulis:
Kalau datang nanti topan ajaib
menggulingkan gundu, memutarkan gasing
memacu kuda-kudaan, menghembus kapal-kapalan
aku sudah lebih dulu kaku

Tidak ada komentar: