Jumat, 23 Oktober 2009

Rajam


Ini adalah sebuah adegan dalam sebuah cuplikan kitab suci yang berupa deret aksara:
Yesus hanya membungkuk dan menuliskan sesuatu dengan jari-jarinya di tanah. Dan ketika ”pemimpin Yahudi itu terus-menerus bertanya,” demikian menurut Yohanes, Yesus pun berdiri. Ia berkata, ”Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Yesus membungkuk lagi dan menulis di tanah.

Dan kita pun tahu kahir dari sepenggal adegan di pagi pucat di depan pelataran Bait Allah itu:
Suasana mendadak senyap. Tak ada yang bertindak. Tak seorang pun siap melemparkan batu, memulai rajam itu. Bahkan ”satu demi satu orang-orang itu pergi, didahului oleh yang tertua.” Akhirnya di sana tinggal Yesus dan perempuan yang dituduh pezina itu, kepada siapa ia berkata: ”Aku pun tak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Tak ada satupun dari kita yang pernah tahu apa yang dituliskan oleh Yesus di atas tanah berpasir itu. Barangkali itu sebuah isyarat bahwa tak ada yang bisa di kekalkan, selalu ada elemen yang tidak tetap sekalipun dibentuk diatas bumi ini, memang akan selalu melintas makna, tapi ada yang niscaya berubah atau hilang dari makna itu.
Di pelataran Bait itu, Yesus memang tampak tak menampik ketentuan Taurat. Ia tak meniadakan sanksi rajam itu. Tapi secara radikal ia ubah hukum jadi sebuah unsur dalam pengalaman, jadi satu bagian dari hidup orang per orang di sebuah saat di sebuah tempat. Hukum tak lagi dituliskan untuk siapa saja, di mana saja, kapan saja. Ketika Yesus berbicara ”barangsiapa di antara kamu yang tak berdosa”, hukum serta-merta bersentuhan dengan ”siapa”, bukan ”apa”—dengan jiwa, hasrat, ingatan tiap orang yang hadir di pelataran Bait di pagi itu.

Di pelataran itu Yesus membungkuk, membisu, hanya mengguratkan jarinya.
Ketika ia berdiri, ia berkata ke arah orang banyak. Suara yang teduh tenang; “..yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu..”
Dan khalayak pun undur diri, satu per satu.

Tidak ada komentar: