Kamis, 24 Juni 2010

Humanis



“Saya percaya bahwa pada dasarnya manusia itu baik”

Anna Frank meresapkan dalam-dalam makna dibalik aksara yang ia torehkan dalam deretan panjang tulisannya. Kata-kata ini sedemikian mengembang dengan dasyat dan mengharu biru pada abad ke 20, sekalipun ia beserta keluarganya ditangkap oleh Nazi dan di masukan ke dalam kamp konsentrasi di Bergen-Belsen pada akhir musim dingin di penghujung tahun 1945 – tempat di mana ia mati.

Tapi kata yang penuh pengharapan itu tak sepenuhnya benar, bukan karena manusia “pada dasarnya jahat”. Kita bahka tidak mampu merumuskan “pada dasarnya”. Menjadi pahlawan atau bahkan menjadi penjahat bukanlah sebuah esensi yang hakiki dari seorang manusia. Barangkali yang tepat adalah, “berlaku pahlawanan” atau “berlaku kejahatan”. Sebab kedua hal tersebut sering datang dalam moment yang berbeda dan saling tumpang tindih.

Dua hal tersebut, tampak keterbatasan manusia dan juga kelebihannya.
Di tengah Alam Semesta yang raya ini, ia hanya satu diantara milyaran noktah, ia begitu bebas dan tentunya tak pernah mampu mengerti semuanya. Namun ia tetap bisa jika ia mau, menciptakan sesuatu yang baik bagi sesamanya.

Tidak ada komentar: