Rabu, 24 Oktober 2007

Spirit yang Menghidupkan


Pesawat yang saya tumpangi itu turun merendah kemudian landing setelah beberapa menit hanya berputar-putar diatas Bandara Supadio. Asap pekat yang membuat jarak pandang hanya hampir lima ratus meter membuat pilot ekstra hati-hati untuk landing. Belasan menit lalu, dari dalam kabin pesawat, yang aku lihat hamparan kelabu yang sesekali melihat garis merah menyala dibawah sana. Sembab mataku melihat langit tidak lagi biru, hutan tak lagi hijau, yang ada hanya warna cakrawala kelabu bersemu kemerahan dengan matahari pucat menggantung diantaranya.
Suhu udara yang memang tinggi mencapai 39°C dan kering mempercepat api meluas. Selain itu, tanah gambut yang pada lapisan atasnya kering, tetapi di bagian bawahnya tetap lembab dan basah karna mengandung air dimana kobaran api akan bercampur dengan uap air, asap yang dihasilkan lebih banyak enak kali lipat dibanding dengan lahan kering.
Kebakaran yang terjadi seringkali diakibatkan oleh petani yang membuka lahan dengan cara yang konvensional, pembakaran ladang yang berujung pada api yang tak kunjung padam dan merambah area hutan. Kebakaran hutan menjadi menu utama media massa nasional selama beberapa hari.
Ketika aku melewati perjalanan darat dari Pontianak menuju Sanggau pada tahun berikutnya, memang kulihat sebagian lahan telah menjadi ladang penduduk, sebagian menjadi padang ilalang dan tanaman liar lain, sebagian hanya menyisakan sisa kenangan betapa hebatnya api melewati pohon-pohon tegak yang menghitam.
Namun ada yang menarik. Mataku besar memandang pucuk-pucuk hijau berebut menyembul dari pohon hitam pekat yang telah terbakar tetapi masih berdiri tegak, dan kulit coklat baru mulai menggantikan kulit pohon yang telah pupus dimakan api. Aku terperanjat, bahwa ada kehidupan baru yang mulai tumbuh bersemi dari pohon hitam terbakar bagai seogok arang itu.
Api memang bisa menghanguskan daun-daunnya dan membakar batangnya, tapi sesungguhnya api tak mampu membunuh inti kehidupan dari pohon karet tersebut. Batang hitam yang melapuk tersebut bukanlah barang mati sebab ada kehidupan yang mencuat dari dalamnya.
Mungkin sama halnya dengan gum tree tersebut, misteri spiritual selalu mengingatkan kita bahwa dibalik luka dan duka, dibalik takut dan maut, dibalik kekerdilan iman dan kekalahan, ada kehidupan baru yang absolut, ada fajar merenggut kelam. Dan Spirit itu, memampukan kita mempunyai ‘jiwa’ baru untuk senantiasa bertumbuh.

Tidak ada komentar: