Rabu, 31 Oktober 2007

Damai vs Pertentangan




Tak selamanya pribadi yang melakukan kebaikan akan menerima imbalan berupa kebaikan pula. Tak jarang bagi mereka malah akan disingkirkan dan dihancurkan. Tapi dalam keajaiban tersebut, selalu saja ada tangan-tangan kecil yang mengusahakan kebaikan.
Anna Politkovskaya, Ibu dua anak ini lahir pada 30 Agustus 1958 di New York, dari orangtua seorang diplomat Uni Soviet keturunan Ukraina untuk PBB, dunia kewartawanan adalah hidupnya.
Setelah lulus dari Fakultas Jurnalisme, Lomonosov Moscow State University tahun 1980, ia menjadi wartawan koran Izvestia. Dan terus meniti karirnya hingga tahun 1994, menjadi wartawan Obshchaya Gazeta sebagai kolumnis dan editor di bagian kriminal. Lalu menjadi wartawan Novaya Gazeta sejak Juni 1999. Ketika Rusia menancapkan kekuasaannya atas Chechnya, Politkovskaya menjadi salah satu wartawan yang paling vokal dan tajam mengkritiknya.
Laporan Politkovskaya membuat Kremlin mendidih. “Saya telah menyaksikan ratusan orang disiksa. Saya hampir tidak percaya bahwa penyiksaan seperti itu dilakukan oleh orang-orang yang menjalani pendidikan sekolah seperti saya.” tulis Politkovskaya yang pada tahun 2000 dan sebagai hasilnya ia ditangkap FSB dan ditahan selama tiga hari tanpa diberi makanan dan minum.
Ia juga menceritakan tentang para pengungsi yang kelaparan dan kedinginan tinggal di tenda, penculikan, pembunuhan, penghilangan serta pemerkosaan yang dilakukan tentara Rusia dan aparat keamanan Chechnya dukungan Rusia. Dan akibat dari tulisannya, ia nyaris kehilangan nyawanya. Ketika dalam perjalanan ke Beslan untuk ikut menyelesaikan krisis penyanderaan sekolah, ia diracun. Beruntung ia masih bisa diselamatkan dari insiden tersebut.
Namun semuanya berakhir pada 7 Oktober 2006, bertepatan dengan hari ulang tahun Vladimir Putin, ia ditemukan tergeletak di depan pintu lift apartemennya di Moskwa. Di sisinya tergeletak pistol Makarov dan empat selonsong peluru. Ia menjadi wartawan ke-23 di Rusia yang dibunuh pada tahun 1996-2006.
Nabi Isa menyatakan bahwa Ia datang ke muka bumi bukan membawa damai, melainkan pertentangan. Dalam banyak hal, mengatakan 'ya' kepada Yesus berarti mewujudkan damai bahkan melalui cara-cara yang kadang keras dan berujung maut. Yesus menuntut kesetiaan, keberanian dan kerelaan kita untuk keluar dari zona nyaman dalam menyatukan salib kita dengan salib-Nya.Anna Politkovskaya telah menjawab ‘ya’ dengan hidupnya. Dan ketika pertanyaan yang sama bergulir, semoga jawaban kita selantang Politkovskaya.

Tidak ada komentar: