Sabtu, 17 Januari 2009

Home of Love - 充满爱的家


Pekerjaan orang kuat,
Mencintai itu keputusan
Di rumahku ada surga,
Taman punya kita berdua
Tak lebar luas, kecil saja
Satu tak kehilangan lain dalamnya
Bagi kau dan aku cukuplah.

Dengan tinta pekat, Chairil Anwar mengoreskan kata-kata ini di tahun 1943. Ia menulis tentang rumahnya yang disebut sebagai taman. Taman hati. Taman yang memberi hidup. Sempit memang tapi cinta membuatya merasa lapang dalam dadanya.
Bagi Chairil jelas bahwa rahasia jiwa yang diciptakan cinta: membuatnya mampu bertahan memikul beban hidup, melintasi aral kehidupan, melampaui gelombang peristiwa, sambil tetap merasa nyaman dan teduh. Cinta menciptakan kenyamanan yang bekerja menyerap semua emosi negatif masuk ke dalam serat-serat jiwa melalui himpitan peristiwa kehidupan. Luka-luka emosi yang kita alami di sepanjang jalan kehidupan ini hanya mungkin dirawat di sana: dalam rumah cinta.
Di sisi yang lain, tampaknya ada yang terselip. Suatu kata “keputusan”. Barangkali kata ini yang menjadi kunci dari karya tulisannya itu. Bukankah momen itu hanya akan terjadi ketika manusia berani ‘memutuskan’ untuk mencintai?
Dan konsekuensi dari mencintai adalah memberi.

Mary Carolyn Davies menulis dengan gejolak emosi yang manis tapi ampuh:
“Sederhana saja. Karena hakikat cinta selamanya hanya satu: memberi. Pemberian jiwa itu menghidupkan kekuatan kebajikan yang sering tertidur dalam jiwa manusia. Seperti pohon: pada mulanya ia menyerap matahari dan air, untuk kemudian mengeluarkan semua kebajikan yang ada dalam dirinya …”

Tidak ada komentar: